Allah SWT berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي
ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي
لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik".
(An-Nuur:55)
Allah SWT berfirman:
وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
"Dan jika
kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan
mereka tidak akan seperti kamu ini". (Muhammad:38)
Ikhwah wa akhawat fillah....
Dakwah ini adalah proyeknya Allah, dan
kita hanyalah pelaksananya saja. Kalau langkah-langkah kita sesuai dengan irsyadat
(bimbingan) dan taujihat (arahan-arahan) rabbaniyyah wannabawiyah
(Rabb dan Nabi), kita akan dimenangkan oleh Allah SWT, insya Allah…
Karena dengan selalu disiplin terhadap manhaj
rabbani, dengan taujihat rabbaniyyah, irsyadat rabbaniyah yang
diberikan Al-Qur’an dan sunnah, maka kita sebelum dinilai menjadi pemenang di
hadapan manusia, insya Allah telah dinilai menjadi pemenang di hadapan Allah.
Ikhwan wa akhawat fillah…
Meraih kemenangan di mata Allah harus
menjadi target utama dan pertama sebelum meraih kemenangan menurut penilaian
manusia. Na’udzubillah, kalau meraih kemenangan menurut penilaian
manusia, sementara kalah menurut penilaian Allah, maka faqad khasira
khusraanan mubiina. Rugi serugi-ruginya.
Saya pernah menjelaskan rumusan
kemenangan Rabbani yang sangat sederhana, seperti disampaikan oleh Imam
Ahmad bin Hambal yang mengatakan bahwa definisi kemenangan itu adalah ‘Maa
laazumul haqqu fi qulubina’ artinya: ‘selama kebenaran masih tetap kokoh di
dalam hati kita.” Luzumul haq fi qulubina, itulah kemenangan. Itulah intishar.
Itulah keberhasilan. Dalam percaturan, pertempuran, apakah ma’rakah
siyasiyah (pertempuran politik), ma’rakah fikriyah (pertempuran ideologi),
atau ma’rakah intikhabiyah (pertempuran dalam pemilu), bentuknya
apakah Pilkada di Kabupaten, Kota, Provinsi, Pemilu Nasional, Legislatif atau
Presiden, pertama-tama yang harus diraih adalah KEMENANGAN MENURUT PENILAIAN
ALLAH.
Insya Allah, jika kita dinilai Allah
sebagai pemenang, Allah akan memberikan kemenangan yang dinilai oleh manusia.
Itu rumusan dasar yang harus kita pegang. Jangan sampai target
kemenangan-kemenangan pilkada atau pemilu nasional, membuat kita kalah menurut
perhitungan Allah SWT. Kalah karena godaan-godaan jabatan jadi gubernur,
bupati, walikota, bahkan presiden. Menang menurut manusia, kalau kemudian dalam
posisi itu adalah hasil kecurangan, kezaliman dan ketamakan, maka maghlub
‘indallah, itu kalah menurut Allah.
Sebab ada inkhila-ul haq minal qalb
(tercabutnya kebenaran dari hati). inkhila-ul amanah minal qalb (Tercerabutnya
amanah dari hati). Inkhila-ul shidq minal qalb (tercerabutnya kejujuran
dari hati). Itu adalah kekalahan di sisi Allah. Tentu semua itu tidak kita
inginkan. Karena itu kader-kader yang sudah memasuki lembaga-lembaga Negara,
yang jadi gubernur atau wagub, atau walikota, atau wakil, agar mempertahankan
kemenangan di sisi Allah dalam posisi itu. Agar tetap mustahiq (berhak)
mendapatkan kemenangan berikutnya di arena perjuangan dan pergaulan antar
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar