Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:21)
Ber-uswah
kepada Rasulullah saw ialah mengerjakan sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh
beliau, baik berupa amalan sunnah atau pun wajib dan meninggalkan semua yang
ditinggalkan oleh Rasulullah saw baik perkara itu makruh, apalagi yang haram.
Jika beliau SAW mengucapkan suatu ucapan, kita juga berucap seperti ucapan
beliau, jika beliau mengerjakan ibadah, maka kita mengikuti ibadah itu dengan
tidak ditambah atau dikurangi. Jika beliau menganggungkan sesuatu, maka kita
juga mengagungkannya.
Namun perlu
diperhatikan bahwa mustahil seseorang itu ber-uswah kepada Rasulullah saw jika
dia jahil (bodoh) terhadap sunnah-sunnah dan petunjuk-petunjuk Rasulullah saw.
Oleh sebab itu jalan satu-satunya untuk ber-uswah kepada Rasulullah.saw adalah
dengan mempelajari sunnah-sunnah beliau – ini menunjukkan bahwa atba’ (pengikut
Rasul) adalah ahlul bashirah (orang yang berilmu).
Cukup
banyak ayat-ayat Al-Qur’an agar kita senantiasa mengikuti sunnah seperti: "Barangsiapa yang menta’ati Rasul berarti dia menta’ati
Allah.. " (An-Nisa’:80) "Barangsiapa
yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya Allah akan memasukkannya ke dalam
Syurga…" (An-Nisa’:13) … dan ayat-ayat yang lainnya. Dan
perkataan Rasulullah merupakan perkataan yang harus dipercaya, sebab "idaklah ia berkata-kata dari hawa nafsunya melainkan wahyu yang disampaikan
Allah kepadanya." (An-Najm:4)
Bahkan
Rasulullah mengingkari orang-orang yang beramal tetapi mereka tidak mau
mencontoh seperti apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah : "Barangsiapa
yang melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu
tertolak." (Muslim, 1718).
Dalam hadits
ini ada faedah penting, yaitu : Niat yang baik semata tidak dapat menjadikan
suatu amalan menjadi lebih baik dan akan diterima di sisi Allah, akan tetapi
harus sesuai dengan cara yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Oleh sebab
itu Nabi menutup jalan bagi orang yang suka mengada-ngada dalam ibadah dengan
ucapan : "Siapa yang benci (meninggalkan) sunnahku, maka dia bukan
termasuk golonganku".(Bukhari). Dan ini berlaku bagi seluruh sunnah
yang telah ditetapkan beliau.
Kenapa kita harus berta’assi kepada Rasulullah saw?
Dalam buku
sayyiduna Muhammad Rasulullah saw, syamailuhu al-hamidah khisholuhu al-majidah,
karangan Abdullah Sirajuddin, menjelaskan bahwa kita memiliki kewajiban untuk
mengenal lebih dekat tentang kehidupan Rasulullah saw dan berkewajiban pula
menelaah dan mengamalkan keperibadian beliau yang mulia dan perilaku beliau
yang lembut dan indah.
Allah SWT
berfirman: “Dan ketahuilah
olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah”. (Al-Hujurat:7)
Dan Allah berfirman: “Ataukah mereka tidak
Mengenal Rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?”. (Al-Mu’minun:69)
Ada lima alasan kenapa kita harus mengenal
Rasulullah saw:
1. Bahwa Allah telah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk beriman kepada Rasulullah saw
Sebagaimana firman Allah
SWT: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran)
yang telah Kami turunkan. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(At-Taghabun:8)
Dan beriman kepada nabi saw menuntut setiap hamba
untuk mengenal keutamaannya, ketinggian kedudukannya, dan kesempurnaan yang
telah Allah anugerahkan kepadanya, akhlak yang telah dibina-Nya, dan berbagai
tindakan dan perilaku yang mulia dan postur tubuh yang sempurna, serta berbagai
kesempurnaan lainnya yang tidak bisa disamakan dengan seluruh makhluk lainnya.
Bagaimana bisa nabi saw dibandingkan dengan
lainnya? Padahal Allah telah memberikan kepadanya begitu banyak keistimewaan,
mengkhususkannya dengan akhlak paling mulia, dan mengangkatnya dengan perilaku
yang sangat agung, menciptakannya dengan postur tubuh yang baik dan sempurna,
dan Allah juga telah mengkhususkan dengan berbagai keunggulan: “pembinaan dan
pemeliharaan langsung dari Allah SWT” sebagaiamana yang disebutkan dalam firman
Allah: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan”. (Ad-Dhuha:6-8)
Allah juga telah mengajarinya langsung ilmu dan
pengajaran, padahal beliau tumbuh dalam kondisi ummi (buta huruf), Allah SWT
berfirman: “Bacalah dengan nama Tuhanmu” (Al-Alaq:1) bukan melalui pendidikan
dan ilmu pengetahuanmu. Allah berfirman: “Kami akan bacakan (ajarkan) kepadamu
sehingga kelak kamu tidak akan lupa”. (Al-A’la:6) Allah berfirman: “Dan Allah
yang telah mengajarkan kepadamu sesuatu yang tidak kamu ketahui, dan sungguh
anugerah Allah sangatlah besar untukmu”. (An-Nisa:113)
Beliau juga memiliki kedudukan mendapatkan wahyu
dari Allah seperti firman Allah: “Katakanlah sesungguhnya aku adalah manusia
seperti kalian yang telah diberikan wahyu kepadaku”. (Al-Kahfi:110)
Intinya adalah bahwa “Nabi saw adalah manusia
namun tidak seperti manusia biasa, sebagaimana mutiara adalah batu tidak
seperti batu biasa”.
2. Bahwa Allah telah memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya utnuk ittiba’ (mengikuti) nabi saw,
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (Ali Imran:31) disini Allah menjadikan dalil tentang
cinta kepada nabi saw adalah dengan mengikuti kehidupan nabi saw. Dan firman
Allah: “Dan ikutilah dia (Nabi saw) agar kalian mendapat petunjuk”. (Al-A’raf:158)
yaitu memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dan mengikuti jejak langkah hidup nabi
tentunya menuntut setiap hamba mengamalkan berbagai perilaku, akhlak , menuntut
juga untuk mengetahui sifat, karakter dan akhlaknya yang mulia, agar dapat
ditiru dan diikuti secara sempurna kecuali hal-hal yang menjadi kekhususan
tersendiri dari berbagai hokum dan perilaku hidupnya.
Oleh karena itulah para sahabat sangat
bermabisi mengikuti berbagai perilaku dan ucapan Nabi saw, tindakan, etika dan
akhlak beliau, bahkan mereka juga berambisi mengikuti berbagai kebiasaan
beliau, karena kebiasaan pemimpin tentunya adalah pemimpin kebiasaan.
Al-allamah As-sanusi berkata: “Dapat
difahami dari agama para sahabat akan kewajiban dan urgensi mengikuti nabi saw
tanpa ragu dan bimbang dalam berbagai perbuatan dan ucapannya. Sungguh para
sahabat melepas terompah mereka ketika melihat Nabi saw terlihata melepas
terompahnya, mereka mencopot cincin yang melekat di tangan mereka ketika melihat
nabi mencopot cincin yang ada ditangannya.. dan lain sebagainya.
3. Bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada
orang-orang beriman untuk mencintai Nabi saw melebihi cinta mereka kepada
keluarga; orang tua, anak-anak, istri dan kerabat lainnya, perniagaan dan harta
mereka, dan bahkan mengancam mereka dengan dengan azab yang pedih.
Allah
berfirman: “Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (At-Taubah:24)
4. Bahwa telaah manusia tentang sifat-sifat nabi
yang mulia, akhlaknya yang agung akan memberikan gambaran ilmiah yang mampu
membentuk hati menjadi baik, perilaku menjadi lurus, dan tutur kata yang lembut.
5. Bahwa dengan mengingat akhlak dan perilaku nabi
saw serta mendengar sifat dan karakteristiknya, maka akan menghidupkan hati
yang mencintainya, membuka cakrawala akal mereka dan menaikkan
spiritualismenya, bahkan akan mampu menambah kecintaan dan menggerakkan rasa
rindu kepadanya.
Kesimpulan
Jika seseorang dicintai karena kharismanya, atau
karena keberaniannya, atau karena kelembutannya, atau karena ilmunya, atau
karena ketawadhuannya, atau karena ibadah dan ketaqwaannya, atau karena zuhud
dan wara’nya, atau karena kesempurnaan akalnya, atau karena kecepatan daya
tangkapnya (kecerdasannya), atau karena keindahan adabnya, atau karena bagus
akhlaknya, atau karena kefasihan lisannya, atau karena pergaulannya yang
menarik, atau banyak kebaikan dan jiwa sosialnya, atau karena kasih sayangnya,
atau lain sebagainya dari berbagai sifat yang sempurna lainnya… bagaimana jika
itu semua tergabung dalam satu sosok, bersatu sifat, akhlak, karakter yang
sempurna pada satu orang; itulah yang terdapat dalam diri dan sosok agung dan
mulia Muhammad saw. Allah telah memberikan kepadanya kesempurnaan postur tubuh,
wajah, akhlak, sifat, karakter dan berbagai cirri kebaikan dan kesempurnaan
lainnya. Seperti ada ungkapan: “Tidak pernah ada sebelum dan sesudahnya seperti
beliau”.
Karena itu, wajib atas kita mengenal akan
kesempurnaan dan keindahan akhlak dan karakter nabi saw, kesempurnaan jiwa dan
ruhnya, kebersihan hati dan akal dan keluasan ilmu dan pengetahuannya, dan itu
semua untuk meraih posisi cinta yang sesungguhnya dan itu juga yang akan
kembali kepada kita meraih cinta. Karena setiap kali bertambah pengenalan kita
maka akan bertambah kecintaan dan bertambah pula yang dicintai.
Hasan bin Ali pernah bertanya kepada pamannya
Hindun bin Abi Halah –beliau adalah seorang pemerhati akhlak dan sifat- tentang
sosok keperibadian Nabi saw, dan aku sangat suka sekali mendengar kisah
kesempurnaan yang berhubungan dengannya. Maka diapun berkata: “… nabi saw
adalah sosok , wajahnya bercahaya bak rembulan di malam bulan purnama…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar