Rabu, 17 Juli 2013

Manusia Butuh Ibadah bukan (sekedar) Kewajiban (3) Tingkatkan Kualitas Hidup dengan Shalat

03. Tingkatkan Kualitas Hidup dengan Shalat

Makna shalat

Shalat merupakan ibadah yang paling fundamental dalam Islam. Ia bukan sekadar kewajiban bagi setiap Muslim, tetapi (seharusnya) merupakan kebutuhan manusia secara spiritualitas, mentalitas dan akal.

Shalat berasal dari kata shalla-yushalli-shalat-shilat, yang berarti hubungan. Dalam konteks sufisme, shalat berarti adanya keterjalinan atau hubungan vertikal antara makhluk dan Khalik, antara hamba dan Tuhannya. Shalat merupakan wahana untuk mendekatkan diri pada Tuhan, ber-taqarrub kepada Allah SWT, penguasa jagat raya ini. Oleh karena itu, seorang Mukmin yang benar-benar shalat, jiwanya tenang dan pikirannya lapang.

Kata shalat juga berasal dari katan shalla-yushalli-shalatan yang berarti doa dan rahmat. Yang shalat yang melakukannya adalah manusia maka diartikan dengan shalat atau doa, dan jika yang melakukannya Allah maka berarti rahmat dan berkah.

Pentingnya shalat

Meski semua ibadah kepada Allah adalah baik, tapi shalat adalah ibadah yang terbaik. Demikian dinyatakan oleh Al-Qur’an. Hadis, dan ungkapan para ulama.

Allah SWT berfirman: “(Lukman menasihati putranya Hai Anakku, dirikanlah shalat dan perintahkanlah (kepada manusia) untuk mengerjakan yang makruf dan cegahlah (mereka) dari berbuat mungkar. Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya itu termasuk urusan-urusan yang tegas (diwajibkan oleh Allah) (Luqman:17).

Rasulullah saw pernah bersabda : “Sebaik-baiknya amal adalah shalat pada waktunya.”

Sayidina Ali bin Abi Thalib menyatakan : “Sesungguhnya amal perbuatan yang paling disukai Allah adalah shalat. Bahkan, ia diriwayatkan melafazkan kata : “Shalat …shalat …” pada detik-detik terakhir sebelum kematiannya.

Pernah suatu kali Imam Hasan bin Ali ditanya: ''Mengapa orang yang melaksanakan shalat itu wajahnya berseri dan jiwanya tenteram?'' Imam Hasan bin Ali menjelaskan, ''Karena mereka berdialog (munajat) pada Tuhannya.''

Adapun ulama lain juga menyatakan : “Sesungguhnya sebaik-baik amal di sisi Allah pada hari kiamat adalah shalat.

Namun, kita bertanya-tanya, kalau sedemikian penting nilai shalat dalam keseluruhan ajaran Islam, mengapa kita seolah tak banyak melihat manfaat shalat bagi orang-orang yang melakukannya? Mengapa negara-negara Muslim, yang di dalamnya banyak orang melakukan shalat, justru tertinggal dalam hal-hal yang baik dari negara-negara non-Muslim, dan menjadi “juara” dalam hal-hal yang buruk, seperti korupsi, misalnya? Mengapa tak jarang kita lihat orang yang tampak rajin menjalankan shalat, bahkan shalat jama’ah di masjid-masjid, tak memiliki akhlak yang dapat dicontoh? Apakah Allah Swt., telah melakukan kekeliruan ketika menyatakan bahwa “Innash-shalata tanhaa ‘anil fakhsyaa’I wal-munkar (Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”? Apakah salah Rasul-Nya ketika menyatakan bahwa “jika shalat seseorang baik maka baiklah semua amalnya?”

Shalat juga merupakan identitas bagi seorang Muslim. Nabi SAW bersabda, ''Perbedaan antara kami dan mereka adalah shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka ia sudah kufur nikmat.'' (Baihaqi).

Dalam hadits lain dikatakan: ''Shalat itu tiang agama. Siapa yang mendirikan shalat berarti mendirikan agama dan siapa yang meninggalkannya berarti ikut meruntuhkan agama.'' (Tirmidzi).

Begitu pentingnya kewajiban shalat bagi seorang Muslim, sehingga tidak ada alasan apa pun yang dibenarkan untuk meninggalkan shalat, hingga ia sendiri malah dishalatkan. Pengecualian khusus hanya berlaku untuk wanita Muslimah yang sedang menstruasi. Dalam menunaikan shalat, setiap Muslim dianjurkan untuk berjamaah. Ini mengandung makna tentang pentingnya persatuan dan persaudaraan di kalangan umat Islam. Persaudaraan yang didasarkan oleh ikatan religius, ukhuwah Islamiyah, untuk menebarkan kebenaran dan kemaslahatan bagi umat manusia. Rasa persamaan juga dipupuk dalam shalat berjamaah.

Shalat dapat meningkatkan kualitas hidup

Shalat merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, karena dalam ibadah shalat banyak pendidikan dan pengajaran yang dapat diambil dalam rangka memajukan kehidupan sehari-hari; baik kehidupan secara individu maupun berjamaah.

Adapun inti pendidikan dan pengajaran ibadah shalat adalah sebagai berikut:

1.      Shalat merupakan sarana peningkatan kualitas hidup secara individu

Kaitannya dengan kehidupan secara individu, dalam ibadah shalat diajarkan bagaimana seseorang dapat hidup dengan damai, sehat, bersih dan disiplin dan lain-lainnya.

a.      Shalat memberikan kedamaian

Karena dalam shalat seseorang sedang berkomunikasi dengan Allah, berhubungan dengan sang Khalik. Tentunya komunikasi dan hubungan ini tidak hanya pada saat shalat saja namun harus pada setiap saat dan tempat sehingga memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya. Sebagaimana dalam iringan shalat senantiasa membaca dzikir seperti takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil, yang dapat menentramkan hati dan jiwa manusia. Allah berfirman: “Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati-hati menjadi tentram”.

b.      Shalat memberikan kesehatan jasmani, rohani dan akli

Ibadah shalat bukan sekedar ibadah dengan menggerakkan anggota tubuh dari berdiri, ruku, sujud dan duduk saja, namun ia merupakan ritme gerakan yang mampu memberikan kesehatan pada tubuh manusia, bahkan bukan hanya itu namun juga memberikan kesehatan pada rohani dan akli juga.
Bahwa angkaian gerakan shalat yang dicontohkan oleh Rasulullah saw sarat akan hikmah dan manfaat bagi kesehatan. Sebab, setiap gerakan shalat merupakan bagian dari olahraga otot-otot dan persendian tubuh. Shalat dapat membantu menjaga vitalitas dan kebugaran tubuh tetapi dengan syarat semua gerakan shalat dilakukan dengan benar, tuma’ninah (perlahan dan tidak terburu-buru), dan istiqomah (konsisten/terus menerus).

Begitu banyak manfaat gerakan shalat bagi kesehatan tubuh manusia. Semakin sering kita shalat dengan benar, semakin banyak manfaat yang kita peroleh untuk kesehatan diri kita.
Kaitannya dengan kesehatan otak, seorang dokter di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang ditemuinya di dalam penyelidikkannya. Ia kagum dengan penemuannya tersebut hingga seperti tak bisa diterima oleh akal pikiran.

Dia adalah seorang dokter neurologi.  Setelah memeluk Islam dia yakin dengan pengobatan secara Islami. Karena itu dia membuka sebuah klinik yang diberi nama “Pengobatan Melalui al-Qur’an”.
Klinik ini menggunakan obat-obatan seperti yang diisyaratkan al-Qur’an. Antara lain berpuasa, madu, biji hitam (jinten) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam, dokter itu mengemukakan bahwa sewaktu kajian syaraf yang ia lakukan, terdapat beberapa urat syaraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah. Pada setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu, akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat syaraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang, yaitu ketika sujud . Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut menurut kadar waktu sembahyang yang diwajibkan oleh Islam. 

Adapun kaitannya dengan kesehatan rohani, karena ibadah shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, menghapus dosa-dosa, membersihkan hati dari sifat kikir, dengki, dan sifat-sifat tercela lainnya. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (Al-Ankabut: 45), Seorang Muslim yang benar-benar shalat, jiwanya tenang dan hati pun tenteram. Karena, orang yang shalat selalu merasa dalam pengawasan Allah

c.       Shalat memberikan pendidikan untuk hidup bersih
Bahwa shalat yang diwajibkan Allah kepada manusia, selayaknya mampu mempola hidupnya untuk senantiasa hidup bersih; bersih rohani, bersih jasmani, bersih akli, bersih lingkungan, bersih pakaian. Karena tidaklah diterima shalat seseorang yang mau membersihkan diri dari kotoran-kotoran yang melekat pada dirinya. Seperti syirik, najis, kotoran yang menempel di tubuhnya, tempat shalat dan pakaiannya.

d.      Shalat memberikan pendidikan untuk hidup disiplin
Allah shalat berfirman: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban atas orang-orang beriman yang telah ditentukan waktunya”. (An-Nisa:103)

Hidup disiplin merupakan cerminan hidup berperadaban, seorang muslim seharusnya adalah sosok yang berperadaban; memiliki disiplin dalam hidup dan teratur dalam segala hal. Itulah yang diajarkan oleh Allah dalam ibadah shalat.

2.      Shalat merupakan sarana peningkatan kualitas hidup berjamaah

Allah dan nabi-Nya memerintahkan umat Islam untuk senantiasa mendirikan shalat secara berjamaah, karena didalamnya mengandung asas equality before law, persamaan di hadapan hukum. Siapa yang datang ke masjid lebih awal berhak menempati shaf pertama, tanpa memandang jabatan dan posisi seseorang. Dengan demikian, nilai-nilai demokrasi sebenarnya sudah ditanamkan pula di masjid melalui ibadah shalat yang dilakukan secara berjamaah.

Pahala orang yang shalat berjamaah lebih banyak daripada shalat sendirian, sebagaimana yang termaktub dalam hadits nabi:

“Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 27 derajat”. Dalam hadits lainnya juga disebutkan:

 “Barang siapa sholat isa bejama’ah (di mesjid) maka seolah-olah ia sholat seperuh malam dan barang siapa sholat subuh berjamah (dimesjid) maka seolah olah itu sholat sepanjang malam (Muslim).

Sebagaimana shalat memberikan pendidikan hidup berjamaah bukan sendirian, yang dengan dapat menyelesaikan berbagai masalah secara mudah dan ringan

Bahwa hidup berjamaah merupakan wasiat Rasulullah saw kepada umat Islam; “Tangan Allah bersama jamaah, maka barangsiapa yang menghancurkannya maka hancurlah  ia di dalam neraka”.

“Kalian hendaknya senantiasa bersama jamaah, karena serigala akan menerkam kambing yang tersesat lagi sendirian”.

“Barangsiapa yang ingin mencium wanginya surga maka hendaknya komitmen dengan jamaah”.

Bahwa jamaah ini akan membentuk seseorang untuk memiliki jalan yang dapat membantunya menuju perbaikan, berdiri dalam rangka bergotong royong dan saling tolong menolong pada kebaikan dan taqwa sehingga merubah ucapan pada perbuatan, teori pada praktek, dan hal tersebut tidak akan terwujud kecuali dengan jamaah yang saling mengikat dan saling menguatkan; menguatkan orang yang lemah, membantu yang membutuhkannya dan mewujudkan misi-misinya

Dan suatu gerakan dalam sejarah atau pertumubuhan suatu peradaban dan kemajuannya tidaklah akan terjadi karena kerja personal atau orang-orang ikhlas yang memiliki karakter yang baik dan terpuji, betapapun tingkat kebaikan dan ketaqwaannya serta pemahamannya terhadap berbagai urusan. Dan kenyataannya menegaskan demikian. Bahwa pokok utamanya adalah karena ada gerakan jamaah dan arus yang kuat yang memberikan pengaruh pada yang lainnya dengan saling mengenal, bekerja dengan gigih dan interaksi yang baik terhadap sesama manusia serta sabar terhadap berbagai cobaan yang dihadapi, tidak mudah terpengaruh dengan yang lainnya, senatiasa mengatakan yang benar, bangga dengan kemuliaan iman serta senantiasa menggantungkan kekuatannya hanya kepada Allah semata.

Hal ini bukan berarti meremehkan kerja individu dan bukan berarti melecehkan sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh setiap individu, sosok ulama dan orang-orang yang ikhlas dan komitmen dalam urusan pribadinya dan berusaha mengajak orang lain untuk komitmen, namun tidak peduli terhadap pembentukan dan pelaksanaan dari apa yang disampaikan, padahal hal tersebut merupakan fase yang sangat penting.

Sesungguhnya kekuatan penentang risalah Islam dan umatnya tidak bekerja dengan sendirian, dan tidak juga secara serampangan, namun mekera bekerja secara terorganisasir, sangat rapi dan terstruktur, memiliki konsep dan system yang bagus, memiliki pimpinan lokal, regional dan global. Oleh karena itu, kita harus berjuang melawan musuh sebagaimana mereka memusuhi kita dengannya, dan karena  itu pula berjamaah adalah kewajiban syariat, sebab kebatilan yang terorganisir tidak akan mampu dikalahkan kecuali dengan kebenaran yang terorganisir pula.

Dan Al-Quran al-karim senantiasa memperingatkan kita hal tersebut seperti firman Allah:
“ Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (Al-Anfal:73)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar