Syukur
al-hamdulillah, Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada kita untuk
berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan, semoga kita semua dapat berpuasa sesuai
dengan perintah Allah SWT, dan memanfaatkannya sebagai kesempatan yang berharga
untuk memperbanyak ibadah, amal shalih dan aktivitas lainnya demi meraih ridha
Ilahi.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang banyak memiliki
keistimewaan, nama yang tidak asing bagi umat Islam. Sayyidus suhur
(penghulu bulan-bulan) adalah merupakan julukan yang sangat indah, syahru
nuzulil Quran, (bulan diturunkannya Al-Qur'an), syahrut tarbiyah
(bulan pendidikan), Syahrul Muwasah (bulan toleransi dan peduli), dan
nama-nama indah lainnyabegitu melekat di telinga kita.
Namun dari sekian banyak keistimewaan dan keutamaan serta
keindahannya, sangat sedikit dari umat Islam yang menyadari -atau mungkin
mereka sadar tapi belum menyentuh lubuk hati yang mendalam- sehingga saat
Ramadhan tiba, tidak tampak wajah sumringah atau bergembira menyambutnya. Tidak
ada antusiasme untuk mengikuti amaliyah dan ibadah Ramadhan kecuali
sekadar menjalankan kegiatan ritual belaka; sekadar melepas atau menggugurkan
kewajiban atau hanya karena adat dan tradisi serta kebiasaan yang sudah
biasa dilakukan pada setiap bulan Ramadhan tiba.Sehingga setiap kali selesai
bulan Ramadhan kepribadian seseorang tidak meningkat apalagi berubah, namun
tetap seperti yang lama, yang berubah hanyalah umurnya yang terus bertambah
menjadi tua dan renta.
Karena itulah agar puasa dapat optimal, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, setiap kita hendaknya melakukan persiapan diri dengan beberapa cara berikut ini:
Karena itulah agar puasa dapat optimal, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, setiap kita hendaknya melakukan persiapan diri dengan beberapa cara berikut ini:
1.
Persiapan Ruhi (spiritual); dengan cara membersihkan hati dari penyakit yang dapat
menggugurkan aqidah dan nilai ibadah, juga agar dapat melahirkan niat yang
ikhlas dalam menjalankan segala aktivitas dan ibadah Ramadhan, terutama puasa.
2.
Persiapan fikri (pemahaman); melalui pembekalan diri dengan ilmu-ilmu dan pengetahuan
agama, terutama yang terkait langsung dengan amaliyah dan ibadah di
bulan suci Ramadhan.
3.
Persiapan Jasadi (Fisik); dengan menjaga kesehatan badan dan anggota tubuh lainnya,
menciptakan lingkungan bersih serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan
teratur.
4.
Persiapan Materi;
dengan menyiapkan diri untuk menabung dan menyisihkan sejumlah dana sehingga
dapat memperbanyak infak, memberi ifthar kepada orang lain dan membantu
orang yang membutuhkan.
Dengan beberapa persiapan tersebut diharapkan seorang muslim
mampu menunaikan aktivitas atau amaliyah di bulan Ramadhan secara
optimal dan berhasil menjadi hamba rabbani baik qobla (pra), atsna’a
(pada saat) dan ba'da (pasca) Ramadhan.
Rasulullah saw bersabda :
"Andaikan umatku mengetahui apa yang ada dalam
Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus."(Ibnu Khuzaimah)
Dalam hadits lain Rasulullah memotivasi umatnya, para pelaku
kebaikan atau kejahatan yang mengikuti Ramadhan dengan baik.
"Bulan Ramadhan; di dalamnya pintu surga dibuka, pintu
neraka di tutup dan syaitan-syaitan dibelenggu, di dalamnya pada setiap
malamnya ada seruan; wahai para pencari kebaikan marilah kemari, dan wahai para
pelaku kejahatan berhentilah".(Thabrani)
Dalam hadits nabi yang lainnya juga disebutkan
“Pada bulan Ramadhan, umatku diberikan lima perkara yang
tidak diberikan kepada umat sebelum mereka: (1) bau mulut orang yang berpuasa
di sisi Allah lebih wangi daripada bau minyak kasturi, (2) para malaikat
memohonkan ampunan untuk mereka hingga mereka berbuka puasa, setiap hari Allah
menghias surga-Nya lalu berkata (kepada surga), ‘Hamba-hamba-Ku yang berpuasa
hampir menanggung beban dan sakit agar dapat sampai kepadamu,’ (3) para setan
dibelenggu sehingga mereka tidak leluasa (untuk menggoda manusia) seperti yang
biasa mereka lakukan pada bulan yang lain, dan (5) mereka diberi ampunan pada
akhir suatu malam.’ Ditanyakan kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, apakah malam
tersebut adalah Lailatul Qadar?’Beliau menjawab, ‘Tidak, tapi seorang pekerja
akan mendapatkan upah jika ia telah menuntaskan pekerjaannya.’” (HR Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar